Charles Feeney, salah satu pendiri toko ritel global Duty Free Shoppers, tutup usia pada Senin (9/10/2023) di San Francisco ketika berusia 92 tahun.
Berita tersebut disampaikan oleh Atlantic Philanthropies, organisasi amal yang ia bentuk dan menjadi tempat ia menyumbangkan hampir seluruh kekayaannya demi kemaslahatan umat manusia.
Di masa-masa terakhirnya, Feeney hidup sederhana di sebuah apartemen di San Francisco bersama istrinya, menghabiskan hari-harinya menikmati pertandingan bisbol.
Dari jaringan toko-tokonya yang tersebar di seluruh dunia, menjual barang-barang mewah seperti minuman keras, parfum, dan perhiasan di lokasi-lokasi wisata, Feeney mengumpulkan kekayaan yang sangat besar. Meski demikian, ia selalu mengklaim bahwa sebagian besar kesuksesannya berkat “keberuntungan yang bodoh”, dan tidak membutuhkan banyak untuk menjalani gaya hidupnya yang sederhana.
Dengan kekayaannya itu, ia mendirikan yayasan amal yang telah menyumbangkan hingga US$ 8 miliar, setara dengan Rp125,4 triliun, sementara hanya menyisakan sekitar $2 juta atau sekitar Rp31,6 miliar untuk biaya hidupnya selama masa pensiun.
Setelah mencapai puncak kesuksesan sebagai pengusaha, Charles Francis “Chuck” Feeney telah menikmati hidup yang ia impikan. Memiliki rumah di San Francisco dan telah bepergian ke berbagai negara, namun ia merasa ada yang masih kurang. Maka dari itu, ia memutuskan untuk berkontribusi lebih dalam filantropi.
Pada tahun 1982, ia mendirikan Atlantic Philanthropies, organisasi yang ia gunakan sebagai sarana untuk mendistribusikan kekayaannya ke berbagai inisiatif positif di seluruh dunia, fokus utamanya adalah kesehatan, pendidikan, rekonsiliasi, dan hak asasi manusia.
Uniknya, Chuck tidak seperti kebanyakan orang kaya yang menonjolkan aksi amalnya. Sebaliknya, dia memilih untuk bergerak dalam diam. Selama 15 tahun pertama operasionalnya, yayasan ini berjalan tanpa banyak publisitas, dan tak banyak yang tahu bahwa di baliknya adalah Chuck Feeney.
Selama periode tertentu, Chuck Feeney dijuluki sebagai ‘James Bond of Philanthropy’ sebelum identitas sebenarnya dikenali pada tahun 1997. Setelah terbongkar, dunia terkejut mengetahui bahwa yayasan enigma yang mendukung aksi-aksi kemanusiaan di Vietnam serta beberapa negara Afrika adalah karya dari Chuck Feeney.
Dilansir dari BBC, pengusaha dari Amerika ini telah menyumbang sekitar US$ 9 miliar (Rp 134 triliun) global melalui yayasan pribadinya, Filantropi Atlantik. Pria berdarah Irlandia-Amerika ini juga memberikan sumbangan sekitar US$ 570 juta (Rp 8,5 triliun) untuk Irlandia Utara dalam rentang waktu empat dekade.
Seiring dengan terbongkarnya identitasnya, Chuck jadi semakin giat dalam aksinya sebagai filantropis, menjadi sosok sentral di ranah tersebut. Pada awal abad ke-21, dia meluncurkan kampanye yang diberi nama “Giving While Living”. Menurut situs resminya, kampanye ini bertujuan untuk mendorong individu berada untuk berdonasi selagi mereka masih hidup, dengan keyakinan bahwa menyaksikan dan mewujudkan perubahan untuk dunia memberikan kepuasan yang mendalam.
Filosofi Chuck telah memotivasi banyak individu kaya raya di seluruh dunia untuk berdonasi selama mereka masih bernafas atau melalui wasiat. Dilaporkan oleh The Guardian, berkat pengaruh dari Chuck, lebih dari 200 miliarder, termasuk nama-nama seperti Warren Buffett, Bill Gates, Mark Zuckerberg, dan Jeff Bezos, kini terlibat aktif dalam kegiatan filantropi.
Sumber: CNBC Indonesia